PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Air
merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam proses fisiologi tumbuhan
terutama dalam proses difusi, imbibisi dan osmosis pada benih tanaman (Dwidjoseptro, 1990).
Difusi
merupakan pergerakan molekul air dari larutan berkosentrasi tinggi ke larutan
berkosentrasi rendah hingga mencapai keseimbangan dinamis (Kustiyah,
2007).
Osmosis
ialah pergerakan molekul air dari potensial tinggi ke potensial rendah sehingga
mencapai keseimbangan yang dinamis
(Yusuf, 2008).
Imbibisi
adalah proses masuknya air ke dalam
sel benih karena adanya perbedaan potensial air dari dalam dan luar benih (Nurwansyah, 2013).
Ada
beberapa faktor yang dapat digunakan dalam mengukur laju penyerapan airWkeWdalam
sel tumbuhan, perbedaan
potensial air merupakan metode pengukuran yang dianggap paling baik, potensial air sangat ditentukan oleh:
1.
Potensial
osmotik yaitu zat-zat terlarut dimana potensial osmotik berbanding terbalik
dengan kosentrasi zat pelarut,
jika
zat-zat terlarut banyak maka potensial osmotik rendah.
2.
Potensial
tekanan yaitu jika dinding sel telah membesar maka, dilakukan sintesis dinding
sel untuk menghasilkan dinding sel baru agr tidak mudah rusak, karena dinding
sel baru memiliki daya elastisitas besar dan jika terjadi pembesaran akibat
adanya tekanan ia akan kembali seperti semula (kebentuk semula) (Nurwansyah, 2013).
Kemampuan menyerap air/laju
penyerapan air pada benih berdasarkan potensial air ditentukan oleh :
1.
Potensial Osmotik yaitu kemampuan
dinding sel benih untuk mengikat zat-zat terlarut. dimana semakin tinggi
zat-zat terlarut kemampuan menyerap air semakin rendah.
2.
Potensial Matrik yaitu kemapuan dinding
sel benih untuk terhidrasi (mengikat air), dimana semakin tinggi kemampuan
menyerap air, maka nilainya semakin kecil (negatif), biasanya dinding sel yang tersusun
dari karbohidrat dan protein memiliki potensial matrik rendah karena mudah
terhidrasi sedangkan lemak (lipid) lebih
tinggi.
3.
Tekanan Hidrolitik, tekanan hidrolitik
terbagi menjadi dua :
-
Tekanan hidrolitik internal yaitu kumpulan larutan dari
dalam untuk menekan dinding sel dalam total nilai air benih minus (-) karena
potensial air murni nol.
-
Tekanan hidrolitik eksternal yaitu kemampuan larutan
dari luar untuk menekan dinding sel.
4.
Resistensi yaitu daya hambat dari benih
terhadap
pergerakan air,
resistensi terbagi menjadi dua yaitu :
-
Resistensi Internal yaitu daya hambat
karena faktor-faktor permeabilitas membran atau dinding sel terhdap air.
-
Resistensi Eksternal yaitu daya hambat
karena faktor dari luar dan sangat ditentukan oleh struktur kulit benih. benih
dengan struktur keras (Palm) memiliki daya resistensi tinggi.
5.
Difusi akan berbanding terbalik antara
kosentrasi larutan dengan kosentrasi air dalam benih, semakin tinggi perbedaan akan
semakin rendah tingkat difusi karena air mengalami kejenuhan larutan.
6.
Osmosis pada molekul/partikel zat akan
berbanding terbalik antara potensial tinggi ke rendah, semakin tinggi perbedaan potensial
zat tersebut maka penyerapan zat akan semakin lambat.
7.
Imbibisi akan berbanding lurus antara
potensial air benih dan luar benih, semakin tinggi perbendaan semakin tinggi
tingkat imbibisi air
(Nurwansyah, 2013).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
kegiatan difusi, osmosis, dan imbibisi.
TINJAUAN PUSTAKA
Kita
semua sudah memahami, bahwa molekul-molekul itu ada selalu di dalam keadaan
gerak, dan gerak itu disebabkan oleh suatu tenaga dinamik yang kita sebut enrgi
kinetis. Energi ini sumber tenaga yang menyebabkan molekul-molekul saling
menarik, akan tetapi pada ketika itu juga saling menolak. Difusi adalah
peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang
sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan
menjadi manis (Annur dkk,
2008).
Difusi juga akan
dilakukan oleh molekul-molekul
gula, apabila kita mencampurkan suatu gula dengan air biasa, setelah kita beri waktu yang cukup
lama maka seluruh air akan berasa manis (Annur dkk, 2008).
Dari contoh-contoh
diatas baik
gas, zat cair maupun zat padat semuanya menaruh sifat yang kita sebut “suka
berdifusi”.
Adapun gerakan penyebaran atau gerakan difusi itu bukan suatu gerakan secara
besar-besaran, dimana kelompok-kelompok molekul bersama-sama bergerak kesuatu
arah, gerakan itu biasa
disebut
konvensi (Annur dkk,
2008).
Gerakan difusi terdiri
atas gerakan molekul per molekul yang lintasannya putus-putus karena perlanggaran
yang homogen (Kustiyah, 2007).
Difusi disebabkan oleh
energi kinetis, maka mudahlah kita maklumi, bahwa sumber gerakan
molekul-molekul itu ada ditempat dimana banyak terdapat molekul-molekul, dengan perkataan lain ditempat yang konsentrasinya pekat.
Dengan demikian, arah gerakan difusi akan ketempat kekurangan molekul atau ketempat yang konsentrasinya rendah (Kustiyah,
2007).
Osmosis adalah
perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer
ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh
pelarut tapi tidak oleh zat terlarut yang mengakibatkan gradien tekanan
sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami tapi dapat dihambat secara buatan
dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang
dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel
selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding
dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti
bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat
zat terlarut itu sendiri
(Yusuf, 2008).
Osmosis adalah suatu
topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa
air dapat ditransportasikan ke dalam
dan ke luar sel (Kustiyah, 2007).
Osmosis terbalik adalah
sebuah istilah teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah
fenomena alam dalam
sel hidup dimana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah
“solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
“semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau
membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel.
Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang
tercapai di kedua sisi membran
(Kustiyah, 2007).
Reverse osmosis adalah
sebuah proses pemaksaan sebuah solvent dari sebuah daerah konsentrasi “solute”
tinggi melalui suatu membran
ke daerah “solute” rendah dengan
menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah,
reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap
“solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan “solvent” murni dari sisi satunya (Yusuf, 2008).
Peristiwa osmosis juga
terjadi pada penyerapan air tanah ke dalam sel akar. Berkaitan dengan
pengertian konsentrasi maka dikenal larutan yang isotonis (konsentrasi zat pada
larutan sama dengan cairan sel). Bila dimasukan ke dalam larutan itu bentuk sel tetap
karena keadaan seimbang. Akan tetapi jika sel tumbuhan berada dalam larutan
hipertonis (konsentrasi larutan lebih tinggi dari pada cairan sil), maka air
dalam plasma sel akan beerosmosis keluar sehingga sel mengerut. Protoplasma
yang kekurangan air menyusut volumenya mengakibatkan membrane sel terlepas
berada dalam larutan hipotonis, maka air dari luar akan mesuk kedalam sel
sehingga sel menggembung
(Yusuf, 2008).
Peistiwa migrasi
molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berulang-ulang (pori) cukup besar
untuk melewetkan molekul-molekul air dan kemudian molekul-molekul air itu
menetap didalam zat tersebut. Peristiwa ini kita sebut imbibisi, perkataan ini
berasal dari kata latin imbibere yang berarti menyeludup. Air yang
menyeludup kita sebut air imbibisi, sedangkan zat yang kemasukan (keselundupan)
air itu kita sebut imbiban (Alkatiri, 1996).
Seperti
halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun terpengaruh oleh
temperatur. Kenaikan temperatur menambah giatnya difusi, osmosis maupun
imbibisi (Alkatiri, 1996).
Pada proses imbibisi
ini ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan dipahami, jika kita mengingat adanya
keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal
di dalam imbibiban, dimana meolekul-molekul air kehilangan sebagia dari energi
kinetis, energi kinetis berubah menjadi panas (Alkatiri, 1996).
Tekanan turgor
merupakan tekanan air pada dinding sel akibat perubahan kadar air dalam sel
tumbuhan. Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis
antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan
akar. Pada pembukaan stomata, stomata akan membuka jika kedua sel penjaga
meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air
ke dalam sel penjaga tersebut. Tekanan turgor akan meningkat seiring
dengan peningkatan kadar air. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan
selalu dari sel yang mempunyai potensial air lebih tinggi ke potensial air yang
lebih rendah (Lukyati dkk, 1999).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.
Neraca
analitik, sebagai alat untuk menimbang bahan praktikum.
2.
Spatula/sendok,
sebagai alat untuk mengaduk larutan.
3.
Gelas
ukur, sebagai alat untuk mengukur larutan.
4.
Gelas
plastik, sebagai tempat untuk meletakkan pengamatan.
5.
Tisu,
sebagai tempat untuk meniriskan benih dari larutan.
6.
Alat
tulis, sebagai alat untuk mencatat hasil pengamatan.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah:
1.
Garam,
sebagai bahan untuk membuat larutan.
2.
Air
aquades, sebagai bahan untuk merendam benih.
3.
Kertas
label, sebagai bahan untuk mencirikan/menandai pengamatan.
4.
Kacang
tunggak/nagara (Vigna unguiculata (L.)
Walp), sebagai bahan pengamatan.
5.
Kacang
tanah (Arachis hypogaea L.), sebagai
bahan pengamatan.
6.
Kacang
kedelai (Glycine max L.), sebagai
bahan pengamatan.
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 April
2013 pada jam 14.00-
16.00 Wita dan bertempat di Laboraturium Fisiologi
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
1.
Menyiapkan
6 buah gelas plastik.
2.
Memasukkan
air aquades ke dalam masing-masing gelas plastik sebanyak 100ml.
3.
Menimbang
10 gram garam.
4.
Memasukkan
garam yang sudah ditimbang ke dalam tiga buah gelas plastik yang sudah terisi
air aquades, kemudian mengaduknya sampai homogen.
5.
Menimbang
berat 10 butir kacang nagara/tunggak, kacang tanah, dan kacang kedelai dengan
pengulangan sebanyak satu kali untuk tiap-tiap jenis kacang.
6.
Masukkan
tiap jenis kacang ke dalam larutan garam dan air aquades murni, serta beri
kertas label.
7.
Diamkan
selama 24 jam, angkat kacang, tiriskan menggunakan tisu.
8.
Menimbang
berat akhir tiap-tiap jenis kacang, dan mencatat hasil pengamatan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel
1. Hasil Pengamatan Berat Awal (gram) Benih Kacang-kacangan.
|
No
|
Benih
|
Berat awal (gram)
|
Keterangan
|
|
|
Kacang+
aquades
|
Kacang+
garam
|
|||
|
1.
|
Kacang
tunggak
|
0,60
|
0,66
|
- Biji berwarna putih susu.
- Biji keriput.
- Biji lebih kecil dari kedelai.
|
|
2.
|
Kacang
tanah
|
2,75
|
2,32
|
-
Biji berwana
coklat.
-
Biji mulus dan
kecang.
-
Biji lebih
besar dari kacang tunggak/nagara dan kedelai.
|
|
3.
|
Kacang
kedelai
|
0,85
|
0,95
|
-
Biji berwarna
kuning.
-
Biji mulus dan
kencang.
-
Biji lebih
besar dari kedelai dan lebih kecil dari kacang tanah.
|
Tabel
2. Hasil Pengamatan Berat Akhir (gram) Kacang-kacangan.
|
No
|
Benih
|
Berat akhir (gram)
|
Keterangan
|
|
|
Kacang+
aquades
|
Kacang+
Aquades
|
|||
|
1.
|
Kacang
tunggak
|
1,43
|
1,43
|
-
Biji
mengembang.
-
Warna biji
menjadi pucat.
-
Biji menjadi
lunak.
|
|
2.
|
Kacang
tanah
|
3,73
|
3,73
|
-
Biji
mengembang.
-
Air menjadi
berwarna kecoklatan.
-
Biji tetap
keras.
|
|
3.
|
Kacang
kedelai
|
1,86
|
1,86
|
-
Biji mengembang.
-
Biji berwarna
pucat.
-
Biji menjadi
lunak.
|
Pembahasan
Hasil yang didapat pada praktikum ini adalah pada benih kacang
tunggak/nagara (Vigna unguiculata
(L.) Walp) berat awal benih dengan menggunakan air aquades 0,60 gram dan
setelah didiamkan selama 24 jam berat akhirnya menjadi 1,43 gram, selisih
antara berat akhir dan berat awal adalah 0,83 gram. Sedangkan dengan
menggunakan larutan garam dengan berat awal 0,66 gram, berat akhirnya menjadi
1,24 gram dan selisihnya 0,58 gram. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa
imbibisi yaitu masuknya air ke dalam kulit biji sehingga mengakibatkan biji itu
mengembang.
Pada benih kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) berat awal dengan menggunakan air aquades 2,75 gram dan
setelah didiamkan selama 24 jam berat akhirnya menjadi 3,74 gram, selisih
antara berat akhir dan berat awal adalah 0,99 gram . Berat awal kacang tanah
dengan menggunakan larutan garam adalah 2,32 gram dan berat akhirnya 4,38 gram,
selisihnya 2,06 gram. Hal ini juga karena proses imbibisi sehingga menyebabkan
biji itu mengembang dan bertambah beratnya karena air masuk ke dalam biji. Pada
kacang tanah yang hanya menggunakan air aquades, airnya berubah warna menjadi
kecoklatan sedangkan dengan larutan garam airnya tidak berubah warna.
Pada benih kacang kedelai (Glycine
max L.) berat awal benih yang menggunakan air aquades adalah 0,85 gram
setelah didiamkan selama 24 jam berat akhir benih menjadi 1,86 gram dan
selisihnya 1,01 gram. Sedangkan dengan menggunakan larutan garam berat awal benih
0,95 gram kemudian didiamkan selama 24 jam lalu ditimbang berat akhirnya
menjadi 2,08 gram dan selisihnya 1,13 gram. Benih kacang kedelai juga mengalami
peristiwa imbibisi yang mengkibatkan biji mengembang dan beratnya bertambah
karena meresapnya air ke dalam kulit biji.
Berat akhir biji yang direndam dengan larutan garam lebih rendah
daripada biji yang direndam dengan air aquades. Hal ini dikarenakan konsentrasi
garam lebih pekat daripada air aquades.
Dari perbedaan tersebut
dapat diketahui bahwa semakin besar selisih penimbangan tiap
konsentrasi larutan, persentase air yang masuk juga semakin kecil atau semakin besar konsentrasi
larutan garam yang
digunakan penyerapan air bagi biji juga semakin kecil.
Kandungan garam yang
tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Konsentrasi garam yang terlalu pekat maka akan
menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih
sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berat awal benih kacang
tunggak/nagara (Vigna unguiculata (L.)
Walp) adalah 0,60 gram, sedangkan berat akhirnya 1,43 gram pada air aquades. Berat
awal benih kacang tunggak/nagara (Vigna
unguiculata (L.) Walp) adalah 0,66 gram, sedangkan berat akhirnya 1,24 gram
pada larutan garam. Berat awal benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah 2,75 gram, sedangkan berat akhirnya 3,74
gram pada air aquades. Berat awal benih kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah 2,32
gram, sedangkan berat akhirnya 4,38 gram pada larutan garam. Berat awal benih
kacang kedelai (Glycine max L.) adalah 0,85 gram, sedangkan berat akhirnya 1,86
gram pada air aquades. Berat awal benih kacang kedelai (Glycine max L.) adalah 0,95 gram, sedangkan berat akhirnya 2,08
gram pada larutan garam.
2.
Semakin
besar selisih penimbangan tiap konsentrasi larutan, persentase air yang masuk
juga semakin kecil.
3.
Semakin
besar konsentrasi larutan garam yang digunakan penyerapan air bagi biji juga
semakin kecil.
4.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada
penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Bila air yang terlalu pekat diserap terlalu banyak
maka akan menghambat proses metabolisme dalam biji.
Saran
Untuk praktikum diharapkan adanya
kesiapan dari semua praktikan baik itu alat maupun bahan untuk kegiatan
praktikum agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar